Jumat, 08 Mei 2009

Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar

Oleh: Eka Lusiandani Koncara (8 Mei 2009)

Sejak kurikulum CBSA tahun 1994, Mata Pelajaran Bahasa Inggris mulai dimasukkan ke tingkat Sekolah Dasar, sebagai upaya peningkatan mutu kehidupan manusia Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Ironis, di beberapa daerah, tidak seperti di kota-kota besar, para penyelenggara pendidikan justru cenderung tidak siap dalam melaksanakan amanat tersebut. Bahkan setelah 15 tahun mata pelajaran ini diajarkan di sekolah dasar, masih saja kualitas berbahasa Inggris siswa-siswi kita kurang memuaskan.

Hal ini terlihat ketika lulusan sekolah dasar masuk SMP, mereka cenderung tidak siap menghadapi mata pelajaran ini, yang idealnya, dasar berbahasa Inggris seharusnya sudah mereka pegang, untuk kemudian dikembangkan di jenjang yang lebih tinggi, seperti halnya mata pelajaran lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, yang sebetulnya cukup ironis untuk dikemukakan.

Sebelum melanjutkan, saya mohon maaf kepada semua pihak yang membaca tulisan ini, apabila terdapat hal yang kurang berkenan. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk men-generalisasi-kan suatu keadaan. Semua yang terdapat di tulisan ini bersifat lokal, opini, dan sekedar salah satu upaya ekspresi diri yang mudah-mudahan dapat membangun.

Beberapa faktor yang menurut saya mempengaruhi kurangnya kualitas pendidikan bahasa Inggris di Sekolah Dasar, antara lain:

Pertama, kurang siapnya kompetensi guru kelas di sekolah dasar dalam hal pendidikan bahasa Inggris, sehingga bermunculan guru 'tembak' yang ditugaskan untuk mewakili guru kelas khusus untuk mata pelajaran ini. Dari sini muncul lagi masalah baru, yakni kurangnya kemampuan pedagogis para guru 'tembak' ini. Karena bagaimanapun, secara profesional, kemampuan pedagogis idealnya hanya dimiliki oleh guru yang berkualifikasi pendidikan guru pula. Intinya, di sini terjadi kepincangan. Kemampuan pedagogis YES - penguasaan materi NO, atau sebaliknya.

Kedua, karena kepincangan yang terjadi sebagaimana disebutkan di atas, maka muncul lagi masalah baru, yakni pincangnya sistem pembelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran merupakan satu sistem yang terintegrasi yang tidak dapat terpisahkan antara komponen satu dengan yang lainnya. Bila materi ajar dikuasai oleh guru, tetapi dia tidak mampu menerapkan metode yang tepat, atau menyediakan media yang sesuai, maka output-nya tentu kurang memuaskan. Atau sebaliknya, guru memiliki kemampuan mengajar yang bagus, mampu menerapkan metode dan media yang sesuai, mampu mengevaluasi siswa dengan teknik yang tepat pula, tapi tidak kompeten pada materi ajarnya, ini juga akan menghasilkan output yang kurang memuaskan.

Ketiga, mata pelajaran Bahasa Inggris sekolah dasar, khususnya di Jawa Barat, ditempatkan sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal. Satu hal yang aneh, karena jelas sekali bahwa kata "lokal" memiliki arti satu tempat atau wilayah tertentu. Muatan lokal, dalam persepsi saya, tentu saja mata pelajaran yang bermuatan budaya atau keadaan sosial di satu daerah saja. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional, dan bukan budaya lokal. Kenapa tidak dimasukkan ke kelompok mata pelajaran umum saja? Kemudian, posisinya yang hanya muatan lokal, kerap dipandang sebelah mata oleh para penyelenggara pendidikan di sekolah dasar, sehingga kurang upaya dalam peningkatan kualitas mata pelajaran ini.

Masih banyak lagi faktor lainnya yang tidak bisa saya bahas satu persatu di sini. Karena sungguh tidak etis mengorek kekurangan tanpa upaya "menambal" kekurangan tersebut.

Beberapa, atau bahkan banyak dari guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar hanya berpedoman pada buku sumber/buku paket yang beredar di pasaran sebagai materi ajarnya. Padahal, banyak siswa di daerah yang merasa berat dengan susunan materi dan soal-soal latihan yang terdapat di buku-buku pelajaran bahasa Inggris yang banyak beredar saat ini. Beberapa guru yang kreatif, melihat keadaan ini, bersama-sama atau perorangan menyusun diktat yang disesuaikan untuk peserta didiknya. Susunan materi ajar pun disusun sedemikian rupa, sehingga tersusun rapi dan sistematis, dengan tidak melanggar Standar Isi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Berikut adalah susunan materi yang biasa saya gunakan dalam mengajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, berurutan mulai kelas terendah hingga tertinggi, dengan penekanan penggunaan pendekatan komunikatif (Communicative Approach) serta lebih ditekankan pada aspek pemahaman (reading dan listening). Intinya bukan pada grammar-nya, tapi bagaimana penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Tema untuk materi tersebut, disesuaikan dengan minat siswa, keadaan lingkungan sekitar, atau hal lainnya yang menjadi pertimbangan guru.

Nouns (Countable Nouns: Singular dan Plural, Uncountable Nouns)
Article (a/an)
Demonstratives
Tobe
Posessives
Pronouns (Subjective Case)
Adjectives
Kata Very, So, Too, The...one/ones
Question Words (What, Whose, Who, How, dan Which)
Comparison Degrees
Numeral
(Ordinal Number, Cardinal Number, Counting Operation)
Time, Day, and Date
There is - There are
Quantitatives
Prepositions & Conjunctions
Question Words (What time/day/date, How many, How much, Where)
Verbs
Simple Present Tense
Pronouns (Objective Case)
Adverbs
Question Words (Whom, When, Why)
Simple Past Tense
Simple Future Tense
Vocabularies yang mendukung materi ajar
Reading and Listening Comprehension

Seluruh materi tersebut, apabila mampu dikuasai atau paling tidak dikenal oleh siswa di sekolah dasar, sudah sangat mencukupi untuk dijadikan pondasi dalam pengembangannya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Apalagi bila didukung dengan perbendaharaan kata yang cukup.

Dalam persepsi saya, kesuksesan guru di sekolah dasar bukan dilihat dari seberapa besar nilai hasil belajar yang mampu dicapai siswa, tetapi seberapa efektif bekal yang mampu diberikan kepada siswa untuk kemudian dibawa dan dikembangkan oleh siswa tersebut di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Demikian, semoga bermanfaat...

2 komentar:

Anonim mengatakan...

sungguh bermanfaat untuk SD.

Anonim mengatakan...

setuju pak. sangat bermanfaat sekali tulisan bapak bagi saya.