Materi akal dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 49 kali, dalam bentuk kata kerja ta’qilun sebanyak 24 kali, ya’qilun 22 kali, serta ‘aqala, na’qilu, dan ya’qilu masing-masing 1 kali. Yang paling mencolok adalah penggunaan istifham inkari (afala ta’qilun; tidakkah kamu berfikir?) yang terulang sebanyak 13 kali dala Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan untuk berfikir dan menggunakan akalnya, baik untuk mentafakuri ayat-ayat qauliyah ataupun ayat-ayat qauniyah. Pada kesempatan lain, akal juga disebutkan dengan istilah hijr yang berarti ‘pencegah’. Al-Qu’an juga menyebut akal dengan term fu’ad (kalbu) atau qalb (hati), begitu juga sam’ (pendengaran) dan abshar (penglihatan), karena tanpa adanya komponen-komponen tersebut, akal tidak akan mampu untuk melakukan proses berfikir.
Materi ‘ilm terdapat dalam Al-Qur’an dengan semua kata jadiannya, sebagai kata benda, kata kerja, atau kata keterangan, beberapa ratus kali. Redaksi ta’lamun terulang sebanyak 56 kali, fasata’lamun 3 kali, ta’lamu 9 kali, ya’lamun 85 kali, ya’lamu 7 kali, ‘allama 47 kali, ‘alim 140 kali, dan kata ‘ilm sebanyak 80 kali. Semua pengulangan itu menunjukkan dengan pasti akan keutamaan ilmu pengetahuan dalam pandangan Al-Qur’an.
Ilmu menurut ulama salaf mencakup ilmu syara’, ilmu akal, dan ilmu bahasa. Imam Abu Umar bin Abdul Birr r.a. dalam kitabnya Jami’u Bayanil Ilmi berkata: “dalam makna ini ilmu adalah sesuatu yang dianggap yakin dan jelas, karena itu, orang yang tidak meyakini sesuatu dan berpendapat secara taklid berarti ia tidak berilmu.”
Menurut proses mendapatkannya, ilmu terbagi atas ilmu dharuri dan ilmu muktasab. Ilmu dharuri adalah ilmu yang didapat melalui akal dan perasaan, tanpa adanya proses pemikiran dan perenungan, sedangkan ilmu muktasab adalah ilmu yang didapat dengan adanya proses penelitian dan pembuktian terlebih dahulu.
Membaca adalah sarana untuk belajar dan kunci ilmu pengetahuan, baik secara etimologis berupa membaca huruf-huruf yang tertulis dalam buku-buku, maupun terminologis, yaitu membaca ayat-ayat kauniyah. Al-Qur’an mengajak umat manusia untuk mencari imu pengetahuan, dengan berbagi metode, salah satunya adalah meode balajar langsung, yaitu mendatangi guru serta langsung melakukan proses belajar bersamanya, sehingga ilmu yang didapat tidak samar.
Fungsi Al-Qur’an yang paling berharga dalam wacana keilmuan kita adalah pembentukan akal ilmiah. Ada bentuk akal yang bisa kita namakan sebagai akal orang awam atau akal yang dipengaruhi khurafat. Akal seperti ini membenarkan segala sesuatu yang diajukan kepadanya tanpa menelitinya terlebih dahulu. Ada juga akal yang dibangun secara islami oleh Al-Qur’an, yaitu akal ilmiah yang bebas dan objektif.
Sifat kemu’jizatan Al-Quran merupakan objek kajian yang sangat luas. Bentuk-bentuknya sangat beragam, di antaranya i’jaz bayani wa adabi (i’jaz secara bahasa dan sastra). Ada pula bentuk i’jaz lain berupa syari’at, arahan, dan ajaran yang menyatukan antara idealisme dengan realita. Bentuk lainnya adalah mu’jizat ilmiah yang terdapat dalam Al-Qur’an.
RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan
0 komentar:
Posting Komentar